JILBAB IS MY LIFE STYLE
Dinginnya malam terasa merasuk
kedalam sela-sela tubuh, di kediaman malam begitu terasa khidmatnya, disela ruang kecil di sebuah kostan terdapat seorang
gadis yang sedang tertunduk seolah merasakan kenikmatan dibawah sinar rembulan.
Begitu terasa kesunyian yang tiada tara di sepertiga malam itu, dan tanpa ia
sadari mengalirlah setes demi setetes air mata dan jatuh hingga mengenai sejadah
yang tergelar.
Seolah teringat akan kenikmatan
yang ia dapatkan dalam hidup, dengan penuh syukur ia selalu panjatkan manakala
kesunyian malam tiba, seolah semua orang
terlelap akan tidur, ia jadikan semua itu kesempatan untuk memanjatkan
doa pada pemilik alam semesta agar senantiasa berada dalam dekapannya.
Di lingkungan tempat tinggalnya sekarang,
gadis tersebut terkenal dengan sebutan
Aisyah, ia adalah seorang gadis yang
sedang menempuh S1 di perguruan tinggi negeri yang cukup terkenal. Suatu
ketika seperti biasa Aisyah bangun di sepertiga malam dan kembali termenung
karena ia teringat manakala seandainya hidayah itu tak pernah datang kepadanya,
mana mungkin ia bisa seperti sekarang ini. Aisyah teringat dulu ketika hidayah
itu belum datang kepadanya, Ia hanyalah seorang gadis yang bisa dikatakan
mengerti agama akan tetapi tidak dapat ia aplikasikan dalam kehidupan
sehari-harinya. Sebagai seorang muslimah selayaknya ia dapat mencerminkan identitas dengan
kepribadian yang baik dengan menjalankan kewajiban yang seharusnya, sebut saja
salah satunya untuk menutup aurat dengan berjilbab. Akan tetapi jika ingatan akan masa lalu datang
sungguh penyesalan yang selalu muncul dihatinya.
***
Hidayah, mungkin itulah kata yang
paling tepat untuk mengawali kehidupan Aisyah yang sesungguhnya. Disuatu malam
Aisyah tidur dengan terlelapnya, entah apa yang muncul dan menghiasi mimpinya
seakan mimpi yang datang kepadanya teramat membuat tidurnya terganggu, hal
demikian amatlah terlihat dari cucuran keringat diwajah dan dari tidurnya yang
terlelap berubah menjadi ketidaktenangan hingga membuatnya terbangun dengan
napas yang tidak beraturan. Aisyah
sangat kaget dengan mimpi yang menghiasi tidurnya, ia tersadar bahwa wajahnya
penuh dengan keringat dan sambil mengusap wajah dengan kedua tangannya ia
seolah berkata dalam hati.
“ Ya Allah ada apa ini, kenapa aku bisa
mimpi seperti itu, dan siapakah orang yang datang dalam mimpiku.”
Dengan terus bertanya-tanya dalam
hati Aisyah segera bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan
menenangkan diri sebelum ia melanjutkan tidurnya. Sampai menjelang subuh tiba
Aisyah tak bisa memejamkan matanya kembali dan terus saja teringat akan mimpi
yang baru saja ia dapatkan dalam tidurnya, wajahnya seolah menyimpan
kebingungan dan kegelisahan yang tiada tara dengan berbagai pertanyaan yang
muncul dalam kepalanya hingga ia teringat akan perkataan seseorang yang muncul
di mimpinya.
“ Hendaklah kamu menutupkan jilbab di seluruh tubuhmu.”
Perkataan itu yang seolah
terngiang di telinga Aisyah, namun yang membuat Aisyah lebih bingung lagi sosok
seseorang yang melontarkan perkataan itu tak menampakan wujud di mimpinya,
hingga membuat Aisyah semakin cemas dan takut.
***
Rasa kegelisahan dan ketakutaan yang Aisyah
Alami akan mimpinya itu perlahan sirna sudah seiring berjalannya waktu dan
tidak membuat Aisyah mengindahkan perkataan seseorang di mimpinya. Hingga suatu
ketika ia menceritakan mimpi yang pernah dialaminya itu kepada sang mama,
dengan seksama sang mama mendengarkan cerita Aisayah dan memberikan tanggapan.
“ Mungkin itu adalah Petunjuk dari Allah untuk mu nak.”
“ Tapi ma, Aisyah bener-bener belum siap dan masih bingung dengan mimpi
itu.”
“ Bingung kenapa nak, tempo hari mama sudah
sering menasehati untuk berjilbab, tapi
apa yang kamu katakan kepada mama?”
Mendengar perkataan mamanya Aisyah
seolah termakan dengan perkataannya sendiri, manakala sang mama menasehatinya
untuk memakai jilbab. Dengan mudahnya Aisyah menjawab.
“ Aisyah belum siap ma,
isyaallah nanti setelah ada hidayah dari Allah ma.”
Ternyata perkataannya itu membuat
ia tak bisa menyangkal lagi, nasehat yang sang mama berikan selalu ia sangkal
dengan alasan yang sama yaitu belum dapat hidayah, dan bukan sering lagi sang
mama kembali menimpali dengan berkata.
“ Aisyah anak ku, hidayah itu tidak akan
datang sendiri, melainkan kita yang harus menjemputnya, apakah kamu tidak
tertarik ataupun iri dengan teman-temanmu yang memakai jilbab?. Kita sebagai
seorang muslimah yang baik harus selalu taat menjalankan perintahnya, dan salah
satunya menutup aurat dengan berjilbab nak.”
Begitulah nasihat yang selalu sang
mama berikan kepadanya, namun terkadang nasihat itu hanya tersimpan di
memorinya saja, sekarang baru ia sadari bahwa nasihat mamanya itu tak pernah
benar-benar ia renungkan.
Setelah Aisyah ceritakan tentang
mimpinya itu pada sang mama, Aisyah yang tadinya tak pernah mengindahkan atas
mimpinya tempo hari kembali gelisah dan cemas sehingga ia pun sering termenung
sendirian seolah teringat akan perkataan seseorang yang datang di mimpinya dan ditimpali dengan
nasihat mamanya yang perlahan mulai ia sadari. Hari-hari berlalu dengan
kegelisahan dan kecemasan yang tak menentu, hingga tibalah pada malam
berikutnya dan apa yang terjadi, kembali mimipi itu datang menghiasi tidur
Aisyah dan kembali seseorang itu datang dan ia mengulang perkataan yang sama
percis ketika pertama kali Aisyah bermimpi akan hal itu.
“ Hendaklah kamu menutupkan jilbab di seluruh tubuhmu.”
Dan seketika setelah perkataan itu
dilontarkan, Aisyah segera terbangun dari tidurnya dengan napas yang tidak
beraturan bahkan desahannya sampai terdengar dikesunyiaan malam disertai
keringat yang tercucur dari wajahnya, dan kembali Aisyah termenung dan gelisah
disertai dengan ketakutan yang tiada tara terlihat jelas diwajah yang dipenuhi
dengan cucuran keringat.
Setelah kejadian mimpi semalam dan
untuk kedua kalinya ia mendapatkan mimpi yang sama akhirnya ia mulai
merenungkan dan meneguhkan hatinya untuk segera memakai jilbab seperti yang
dikatakan oleh seseorang dalam mimpinya. Belum teguh dan yakin akan
keputusannya Aisyah akhirnya memutuskan untuk melaksanakan shalat istikharah
meminta keteguhan dan petunjuk Allah. Akhirnya setelah Aisyah melaksankan
shalat istikharah sebanyak tiga kali ia mendapat petunjuk yang seolah tidak
jauh dengan mimpi yang ia dapatkan. Petunjuk lewat shalatnya dan mimpi yang menghampirinya
seolah menjadikan keputusan Aisyah untuk meneguhkan hatinya merangkai ukhuwah
dalam menggapai ridhanya Aisyah menutup aurat disertai jilbab yang selalu ia
kenakan setiap saat dikepalanya. Sungguh ia sadar bahwa hidayah itu telah
mengubah hidupnya menjadi lebih baik dan indah dihadapannya. Banyak kebaikan yang
ia dapatkan setelah berjilbab, ia bisa menjaga jarak dengan yang bukan mahram
dan bisa menjadi pribadi yang terlindungi sebagai gadis yang dihormati.
Tak lupa walaupun Aisyah sudah
berjilbab, dia sadar masih banyak tantangan yang harus dihadapinya, bukan tidak
mungkin kapanpun dan dimanapun ia bisa saja terjerumus kedalam kehinaan maka
untuk lebih memantapkan hatinya dengan identitasnya yang baru sebagai seorang
muslimah yang berjilbab senantiasa ia selalu mendekatkan diri pada yang maha
kuasa disela kesunyiaan malam dan selalu teringat akan mimpi dan petunjuk yang
mengubah hidupnya dengan langkah yang
pasti dan kebanggaan yang selalu ia tuturkan lewat kalimat “ JILBAB IS MY LIFE STYLE.”
Terbingkai dalam indah kehidupan
Terpancar dari paras nan elegan
Tercermin dalam sikap yang bersahaja
Seolah terangkum semua dalam cermin
kepribadiaanmu
Wahai, engkaulah penghias surga
Teladan bagi semesta
Dan kau unggulkan lewat jilbab yang kau
balutkan di sekujur tubuhmu
Dengan dunia yang kau genggam lewat
gayamu...